Menyusuri sejarah Mbah Ngaliman ( Sedudo ) - Naganjuk

#Telisik Makam Mbah Ngaliman

-----------------------------------------

Berdirinya sebuah negara atau daerah termasuk Nganjuk yang dikenal

sebagai Bumi Anjuk Ladang, tentu tidak terlepas dari sejarah

perjuangan masa lampau, para leluhur, atau nenek moyang yang telah

babad alas, hingga tumbuh dan berkembang seperti sekarang ini.

Pada saat para wisatawan yang akan menikmati indahnya air terjun

Sedudo, di dekat pintu gerbang obyek wisata akan menjumpai lokasi

makam yang disebut makam Ki Ageng Ngaliman. Bagaimana sejarahnya ?

*

Berdasarkan data dan informasi yang direkam oleh Tim Penelusuran

Sejarah Ngaliman yang melibatkan berbagai nara sumber baik yang berada

di daerah Ngliman antara lain :

Mbah Iro Karto (sesepuh masyarakat), Drs. Sumarsono (Kades Ngliman)

Parmo (Mantan Kades Ngliman) , Suprapto (mantan Kades Sidorejo),

Imam Syafi'i (Juru Kunci Makam), Sumarno (Kamituwo),

Sarni (Jogoboyo) maupun nara sumber yang berada diluar daerah Ngliman

antara lain:

Kyai Ahmad Suyuti (Ngetos),

KH. Qolyubi (Keringan),

KH. Moh. Huseini Ilyas (Karang Kedawang , Trowulan Mojokerto).

*

KH. Moh. Huseini Ilyas ini merupakan salah satu keturanan Ki Ageng

Ngaliman Gedong Kulon, maka tersusunlah tulisan seperti di bawah

ini.Di Desa Ngliman terdapat dua makam yang sama-sama disebut Ki Ageng

Ngaliman. Akan tetapi guna membedakan kedua makam tersebut maka

digunakan sebutan :

.

a. Makam Gedong Kulon ;

b. Makam Gedong Wetan.

Ki Ageng Ngaliman Gedong Kulon

Ki Ageng Ngaliman dimakamkan di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan + 50

Meter sebelah selatan Balai Desa Ngliman. Beliau dimakamkan

bersama-sama dengan para sahabat dan pengikutnya. Dalam satu kompleks

bangunan makam tersebut terdapat enam makam antara lain :



a. Ki Ageng Ngaliman ;

b. Pengeran Pati ;

c. Pangeran Kembang Sore ;

d. Pangeran Tejo Kusumo ;

e. Pangeran Blumbang Segoro ;

f. Pangeran Sumendhi.

*

Menurut nara sumber dari Ngliman bahwa di pintu depan Makam Ki Ageng

Ngaliman terdapat gambar bintang, kinjeng, ketonggeng, burung dan

bunga teratai. Gambar-gambar tersebut kemungkinan menunjukkan makna

tersendiri, namun sampai saat ini penulis belum bisa mengungkapkannya.

*

Ki Ageng Ngaliman berasal dari Solo Jawa Tengah. Ketika Surakarta

digempur oleh Belanda, maka oleh Nur Ngaliman yang pada waktu itu

menjabat sebagai Senopati Keraton Surakarta dengan sebutan Senopati

Suroyudo, Keraton Surakarta dikocor secara melingkar dengan air kendi.

Akibat dari tindakan tersebut kendaraan pasukan Belanda luluh, waktu

masuk keraton seperti masuk sarang angkrang, akhirnya beliau ditemui

oleh Nabi Khidir agar menemui sanak saudaranya yang ada di Karang

Kedawang Trowulan Mojokerto.

*

Ki Ageng Ngaliman masih keturunan Arab dan mempunyai anak sebanyak 21

orang. Keterangan ini diperoleh dari salah satu keturunan Ki Ageng

Ngaliman yang bernama KH. Huseini Ilyas. Perang di Solo tersebut

melibatkan kaum Cina yang dikenal dengan sebutan Perang Gianti pada

sekitar tahun + 1720 M. (sumber : KH. Qolyubi).

*

SILSILAH KI AGENG NGALIMAN menurut KH. Huseini Ilyas adalah : RONGGOWARSITO

NUR FATAH

NUR IBRAHIM

SYEH YASIN SURAKARTA

NUR NGALIMAN/ SENOPATI SUROYUDO ---MUSYIAH

I L Y A S

KH. HUSEINI ILYAS (TROWULAN MOJOKERTO)

*

Perjalanan Hidupnya KH. Qolyubi tokoh ulama asal Kelurahan

Mangundikaran itu berpendapat bahwa aktifitas yang dilakukan Ki Ageng

Ngaliman adalah untuk mempersiapkan perjuangan melawan Belanda dengan

diadakan pelatihan fisik dan mental yang bertempat di Padepokan yang

sampai saat ini disebut Sedepok, dan di Sedudo yang letaknya di Puncak

Gunung Wilis. Perjuangan tersebut ditujukan guna memerangi Pemerintah

Belanda yang sedang ikut mengendalikan pemerintahan di Kasultanan

Surakarta.

Dasar pemikiran yang melatarbelakangi hijrahnya Ki Ageng Ngaliman dari

Solo ke Nganjuk adalah karena Nganjuk merupakan wilayah Kasultanan

Mataram sehingga juga berguna untuk menghindari kecurigaan maka Ki

Ageng Ngaliman melatih prajuritnya menetap di daerah Nganjuk yang

merupakan wilayah kasultanan Mataram. Sehingga terjadilah kepercayaan

bahwa siapa saja yang menyebut nama Kyai Ageng Ngaliman akan mati

dimakan binatang buas sebab memang beliau dirahasiakan namanya agar

supaya tidak diketahui oleh Kasultanan Solo.

*

Dalam perjalanan waktu menurut cerita bahwa desa Kuncir asal usulnya

dari murid Ki Ageng Ngaliman yang meninggal dalam perjalanan di tempat

tersebut, dia adalah seorang cina yang waktu itu cina memakai rambut

yang dikuncir/dikepang sehingga tempat meninggalnya murid Ki Ageng

Ngaliman tersebut di sebut Desa Kuncir.

Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ki Ageng

Ngaliman merupakan seorang Kyai yang mempunyai keahlian nggembleng

ulah kanuragan keprajuritan. Bagi masyarakat Ngliman, karomah yang

dirasakan sampai saat ini adanya ketentraman dan kedamaian dalam

kehidupannya.

*

Mengingat Ki Ageng Ngaliman yang mempunyai keahlian neggembleng ulah

kanuragan keprajuritan maka banyak pusaka yang ditinggalkannya. Ki

Ageng Ngaliman masih mempunyai peninggalan berupa tanah di depan

Masjid Ngaliman sehingga oleh perangkat dusun waktu itu tanah tersebut

dibangun sebuah tempat yang disebut dengan Gedong Pusaka dan

peninggalan pusakanya Ki Ageng Ngaliman di tempatkan di Gedong pusaka

tersebut. Sebenarnya pusaka Ki Ageng Ngaliman cukup banyak tetapi ada

yang dicuri orang sehingga yang ada di Gedong Pusaka saat ini hanya

ada beberapa pusaka.

*

Berdasarkan nara sumber dari Ngliman bahwa yang berada dan disimpan

digedong pusoko antara lain :

a. Kyai Srabat ; (Hilang tahun 1976)

b. Nyai Endel ; (Hilang tahun 1976)

c. Kyai Berjonggopati; (Hilang tahun 1949 saat klas Belanda kedua)

d. Kyai Trisula ; (Hilang tahun 1949 saat klas Belanda kedua)

e. Kyai Kembar

f. Dalam bentuk Wayang antara lain : Eyang Bondan, Eyang Bethik, Eyang

Jokotruno, Kyai Panji, dan Nyai Dukun

g. Kamar 1 buah

h. Kotak Wayang Kayu 1 buah

i. Terbang

j. Almari tempat pusaka 2 buah

k. Tempat Plandean Tumbak

Pada bulan Suro diadakan jamasan pusaka Ki Ageng Ngaliman dan dikirap

mengelilingi Desa Ngliman.

*

Air terjun yang ada di Ngliman sebenarnya banyak sekali antara lain :

Sedudo, Segenting, Banyu Iber, Banyu Cagak, Banyu Selawe, Toyo Merto,

Tirto Binayat, Banyu Pahit, Selanjar dan Singokromo.Sedangkan yang

mudah dan bisa dikunjungi adalah Sedudo dan Singokromo. Sedangkan yang

lainnya seperti Banyu Cagak, Banyu Selawe, Banyu Iber hanya bisa

dikunjungi dengan jalan setapak. Adapun air yang paling besar adalah

Air terjun Banyu Cagak. Menurut pendapat dari Bapak Sarni (Jogoboyo

Ngliman) bahwa untuk pengembangan Wisata perlu dibangun kolam renang

di Ganter dan dibuatkan perkemahan.

*

Ki Ageng Ngaliman Gedong Wetan

Makam Ki Ageng Ngaliman Gedong Wetan terletak di Desa Ngliman + 100 M

ke arah timur dari Kantor Desa Ngliman.

Mbah Iro Karto maupun KH. Qolyubi berpendapat bahwa Ki Ageng Ngaliman

Gedong Wetan adalah keturunan dari Gresik. Menurut sejarah telah

disepakati bahwa setiap pengangkatan Sultan yang dinobatkan terutama

dari keturunan Demak harus mendapat restu dari keturunan Giri Gresik.

Hal ini disebabkan karena sewaktu kerajaan Majapahit runtuh, oleh wali

9 yang diangkat menjadi Sultan adalah Kanjeng Sunan Giri. Setelah 100

hari setengah riwayatnya 40 hari, kesultanan dihadiahkan kepada Raden

Patah.

*

Hal ini untuk menghindari citra bahwa Raden Patah merebut kekuasaan

dari ayahnya sendiri. Dengan demikian setiap pergantian Sultan Demak

yang menobatkan adalah keturunan Kanjeng Sunan Giri. Setelah

kasultanan Pajang runtuh, Sultan Hadiwijoyo pindah ke Mataram. Dengan

kejadian ini terjadi silang pendapat didalam keluarga Giri. Diantara

keluarga yang tidak setuju dan kalah suara menyingkir ke Ngliman dan

menyebarkan agama Islam di Ngliman yang kemudian dimakamkan di Ngliman

Gedong Wetan, Karena beliau lebih cenderung pada keturunan Demak Asli.

Kemudian kepergian beliau ditelusuri oleh orang Demak asli bernama

Dewi Kalimah yang kemudian meninggal dan dimakamkan di Kebon Agung.

Rentang waktu antara Ngaliman Gedong Wetan dengan Ngaliman Gedong

Kulon terpaut waktu antara + 200 tahunan. Lebih tua Gedong Wetan.

Setelah Ngaliman Gedong Wetan meninggal, keluarganya diboyong ke

Kudus.

*

Demikian hasil penelusuran sumber sejarah mengenai riwayat Ki Ageng

Ngaliman yang dihimpun dari berbagai nara sumber mudah-mudahan dapat

bermanfaat bagi pengembangan obyek wisata religius. Dasar pemikiran

yang sangat sederhana ini mudah-mudahan ada gayung bersambut dari

pihak-pihak terkait guna pengkajian yang lebih mendalam.

*

Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Beliau yang dimakamkan di Ngaliman Gedong Kuolon berasal dari Solo

Jawa Tengah dan masih keturunan Arab dan merupakan Senopati Perang

Keraton Solo yang bernama Senopati Suroyudo. Perpindahan tersebut

terjadi pada saat pergolakan Perang Gianti sekitar abad 17.

.

2. Ki Ageng Ngaliman Gedong Kulon adalah Kyai yang ahli dalam hal

penggemblengan ilmu kanuragan. Ini bisa di buktikan bahwa di Desa

Ngaliman tidak ada Pondok Pesantren namun yang ada tempat peninggalan

untuk latih keprajuritan dan beberapa pusaka.

.

3. Beliau yang dimakamkan di Gedong Wetan berasal dari Gresik Jawa

Timur sekitar abad 15 saat terjadi silang pendapat tentang penentuan

orang yang menjabat sebagai raja di kerajaan Demak

*

Kirab Pusoko

------------------

Tempat atraksi wisata budaya berupa Kirab Pusoko dipusatkan di Gedung

Pusoko Desa Ngliman Kecamatan Sawahan. Acara Kirab Pusoko digelar

setiap bulan Maulud (dikaitkan dengan Bulan Kelahiran Nabi Muhamad,

SAW), pada acara Kirab Pusoko ini selain acara yang sudah bersifat

pakem, diisi pula pemeran produk unggulan penunjang dunia

kepariwisataan. Dengan demikian nampak lebih semarak.

*

Kirab pusaka biasanya dimulai sekitar pukul 09.00 itu berawal dari

Dukuhan Bruno berjalan berarak-arakan menuju Gedung Pusoko berjarak

sekitar 2,5 km. Saat itu pula warga di masing-masing pedukuhan

mengadakan selamatan, dengan suguhan jajanan pala kependem. Yaitu

seperti ketela, ubi, garut, kacang tanah dan lain-lainnya.

Pusoko yang dikirab berjumlah enam buah, sebagian banyak berupa wayang

kayu. Kecuali Kyai Kembar yang berbentuk Cundrik Lar Bangao. Keenam

pusaka itu ialah Kyai Bondan, Kyai Djoko Truno, Kyai Bethik, Kyai

Kembar, dan Eyang Dukun serta Eyang Pandji.

*

Masyarakat sekitar mempercayai bahwa pusaka-pusaka itu banyak membawa

tuah diantaranya untuk keberhasilan dunia pertanian dan juga berkah

kesehatan. Sebab, seperti dituturkan oleh Sang Juru Kunci Gedung

Pusoko Ngalimin (65), konon ceritanya dulu kala ketika Desa Ngliman

diserang wabah penyakit termasuk tanaman pertaniannya, Kyai Bondan dan

Kyai Djoko Truno keliling desa dengan ditandai bunyi klintingan. "

Karenanya, di daerah Ngliman dan sekitarnya, walaupun bayi dilarang

mengenakan klinting" tambah mBah Ngalimin.

*

Acara ini tidak ada kaitannya dengan agama., Bahkan, acara seperti itu

bisa saling melengkapi kasanah budaya khususnya budaya jawa. Oleh

karenanya, kedepan acara serupa bisa dikemas sebagai sebuah atraksi

wisata budaya yang layak jual.....



*Sumber : Putra Wilis



#MbahNgaliman

#sedudo

#sawahan

#Nganjuk

Belum ada Komentar untuk "Menyusuri sejarah Mbah Ngaliman ( Sedudo ) - Naganjuk"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel